Masyarakat Desa Tebing Siring, Kalimantan Selatan tersenyum sumringah manakala telah ditandatanganinya Nota Kesepahaman penjualan dan pembelian latex dan lump dari areal hutan kemasyarakatan (HKm) antara Presiden Direktur PT Bridgetone Kalimantan Plantation (BSKP), Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat dan Ketua HKm Ingin Maju (Selasa, 09 Juli 2019). Melalui kerjasama ini petani karet tidak lagi khawatir akan pasar produk karet yang memang selama beberapa tahun terakhir ini harga karet terjun bebas ke titik terendah.
Tanaman Karet Unggul yang dikembangkan masyarakat desa Tebing Siring melalui skema hutan sosial telah menutupi kawasan hutan lindung Gunung Langkaras. Pada awalnya meskipun mempunyai status hutan lindung, namun HL Gunung Langkaras dalam kondisi kritis, ditumbuhi alang-alang, dan terbakar setiap tahun. Areal hutan ini tersebut pernah mendapat kunjungan Presiden RI di bulan Mei 2017 pada saat penyerahan ijin Perhutanan Sosial se Kalimantan Selatan.
Menurut Dr. Hamdani Fauzi (Ketua Pusat Perhutanan Sosial dan Agroforestri Fahutan ULM), program ini dimulai sejak tahun 2012 dengan kegiatan pengembangan kapasitas masyarakat berupa rekonstruksi sosial, pelatihan teknis, fasilitasi pembentukan, pembinaan dan pendampingan kelompok Tani hutan. Kegiatan lainnya berupa riset sosial ekonomi budaya masyarakat, survey vegetasi hutan sekunder, pembangunan model forest, arboretum, pembuatan tanaman dengan pola agroforestri, dan pengkayaan tanaman lokal dalam rangka menambah keanekaragaman jenis. “Saat ini sudah berhasil dibangun hutan seluas 198 ha dengan pola agroforestry kombinasi Tanaman Pokok Karet dengan berbagai jenis tanaman hutan, buah, tanaman pangan, dan pakan lebah” ujarnya.
Saat ini (2019), Tanaman Karet yang dibudidayakan Petani Hutan Sosial Desa Tebing Siring telah siap dipanen dan akan dipasarkan ke PT. Bridgestone Kalimantan Plantation (BSKP) yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan karet dan pengolahan RSS#1. PT. BSKP merupakan bagian dari Bridgestone Coorporation Jepang yakni perusahaan yang berskala internasional dengan produk utama berupa Ban yang berkualitas tinggi.
Secara finansial hasil penjualan karet ini nantinya akan sangat menguntungkan bagi petani karena harga jualnya sangat kompetitif dan melebihi harga karet rata-rata dipasaran, hal ini dikarenakan tidak adanya rantai tengkulak pada rantai pemasarannya. Harga yang selama ini dinikmati para tengkulak akan langsung diterima oleh petani karet disamping itu penentuan harga yang transparan dan perhitungan pembayaran berdasarkan nilai K3 (Kadar karet kering) yang disepakati keduabelah pihak akan sangat menguntungkan pihak petani. Sebagai ilustrasi kalau biasanya petani menjual ke tengkulak di harga Rp12.000, maka melalui kerjasama ini petani bisa menjual Rp16.000/kg. Artinya ada selisih Rp4.000 per kg.