| Nama Modul | Pengantar | | |
| Tingkat modul, jika ada | | | |
| Kode, jika ada | FMKB307 | | |
| Subjudul, jika ada | - | | |
| Mata Kuliah, jika ada | FMKB307 Tata Guna Lahan Hutan | | |
| Semester di mana modul diajarkan | Semester 7 | | |
| Penanggung jawab modul | Dr. Drs. Suyanto, M.P. | | |
| Pengajar | 1. Dr. Drs. Suyanto,M.P. | | |
| 2. Dr. rer. nat. Wahyuni Ilham, M.P. | | |
| 3. Rinakanti, S,Hut, M.P. | | |
| Bahasa | bahasa Indonesia | | |
| Kaitannya dengan kurikulum | | | |
| Jenis pengajaran, jam kontak | Jenis Pengajaran: Offline | | |
| Jam kontak: 2 jam x 8 minggu per semester | | |
| Beban Kerja | Perkuliahan menggunakan metode ceramah dan diskusi: 2 x 50 menit | | |
| Poin kredit | 3 SKS | | |
| Persyaratan sesuai peraturan pemeriksaan | 1. Terdaftar dalam mata kuliah | | |
| 2. Minimal kehadiran 80% pada mata kuliah | | |
| Prasyarat yang direkomendasikan | | | |
| Tujuan Modul/Hasil Belajar yang Diharapkan | Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat: 1) Menerapkan konsep dan standar kualitas teknologi produk hutan dalam implementasi anatomi kayu berbasis ilmiah sesuai dengan perkembangan terbaru dalam Pengelolaan Hutan Hujan Tropis Basah yang Berkelanjutan; 2) Mampu memproses, menganalisis, dan membuat keputusan yang tepat dalam perencanaan sejalan dengan ilmu anatomi kayu berdasarkan data dan informasi yang akurat dengan pertimbangan logis, rasional, dan ilmiah; 3) Menerapkan metode dan teknologi yang sesuai dalam mendemonstrasikan ilmu anatomi kayu untuk mengatasi masalah dalam pengelolaan hutan berkelanjutan dan lingkungan (Pengelolaan hutan berkelanjutan); 4) Mengimplementasikan sistem penggunaan lahan dengan pendekatan multidisiplin melalui aspek sosial-ekonomi, budaya, biofisik, dan geospasial. | | |
| Isi | Mahasiswa akan dapat: 1) Menerapkan konsep dan standar kualitas pengelolaan hutan/teknologi produk hutan/silvikultur sesuai dengan perkembangan terbaru dalam Pengelolaan Hutan Hujan Tropis Basah yang Berkelanjutan; 2) Menyusun rekomendasi untuk memecahkan masalah kehutanan menggunakan konsep pengelolaan hutan/teknologi produk hutan/silvikultur secara komprehensif dan prosedural berdasarkan pemahaman multidisiplin dan lintas disiplin tentang kehutanan; 3) Menerapkan metode dan teknologi yang sesuai untuk mengatasi masalah pengelolaan hutan berkelanjutan; 4) Mengimplementasikan sistem pengelolaan hutan hujan tropis basah dengan pendekatan multidisiplin melalui aspek sosial-ekonomi, budaya masyarakat, aspek biofisik, dan aspek geospasial. | | |
| Persyaratan Pembelajaran dan Ujian | Kognitif:Tugasmasuk | | |
| | | |
| Psikomotor: Latihan | | |
| | | |
| Afektif: Dinilai dari unsur prestasi/variable yaitu a) Kontribusi (kehadiran, keaktifan, peran, inisiatif, bahasa); b) tepat waktu; c) Usaha | | |
| Media digunakan | Alat pengajaran klasik dengan papan tulis dan listrik | | |
| presentasi poin; forum diskusi tentang E-Learning Simari | | |
| Referensi | Utama: | | |
| 1. Undang-undang RI No.41 tahun1999 tentang Kehutanan | | |
| 2. Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2022 tentang Tata Hutan | | |
| 3. Peraturan Pemerintah No.44 tahun 2014 tentang Tata Ruang | | |
| 4. UU RI No 27 tahun 2007 tentang penataan ruang | | |
| 5. PP no.16 tahun 2004 Tentang Penatagunaan lanah. | | |
| Tambahan | | |
| 1. Aryati, R. (2017). Evaluasi kesesuaian lahan untuk kawasan industri di wilayah pengembangan industri kabupaten karawang. | | |
| 2. Damayanti, A. (2010). Kebijakan pembangunan wilayah berbasis pengelolaan das terpadu dan berkelanjutan. 1–24. | | |
| 3. Departemen Pekerjaan. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman kriteria teknis Kawasan Budi Daya. , (2007). | | |
| 4. Jauhari, A., & Selatan, D. K. (2004). COMPARATIVE STUDY BETWEEN MANAGING FORESTS USING BOXGRID BY MANAGING FORESTS USING WATERSHED IN THE FRAMEWORK OF SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT. | | |
| 5. Notohadiningrat, T. (1993). Tata Ruang Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Bahan Kuliah Kursus AMDAL Tipe A Bagi Pegawai Pertamina. , 1–12. | | |
| 6. Notohadiprawiro, T. (2006). Kriteria penataan ruang dan implementasinya untuk keterlanjutan penggunaan lahan bermaslahat 1. 1–9. | | |
| 7. Priyono. (2015). Hubungan klasifikasi longsor, klasifikasi tanah rawan longsor dan klasifikasi tanah pertanian rawan longsor. Gema Xxviii, 1602–1617. | | |
| 8. Sistem, A., Geografis, I., Untuk, S. I. G., Lahan, I., & Fungsi, A. (n.d.). APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS dan ARAHAN FUNGSI LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI SAMPEAN. Lahan Kritis, 3. | | |
| 9. Soepijanto, B. (2012). Menata Kawasan Hutan dan Mempertahankan Lahan Pertanian. Buletin Tata Ruang, Maret-Ap(April), 4–10. | | |
| 10. Susilowati. (1999). Konflik Tenurial dan Sengketa Tanah Kawasan Hutan yang Dikelola oleh Perum Perhutani. Jurnal Repertorium, 3, 143–151. | | |
| 11. Warlina, L. I. a. (2007). MODEL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PEMBANGUNAN WILAYAH BERKELANJUTAN ( Studi Kasus Kabupaten Bandung ). | | |
| 12. Buku Perencanaan Tata Guna Lahan dalam pengembangan wilayah oleh Prof. Dr. Ir. Sumbangan Baja, M.Phi. | | |