Hutan tropika basah di Indonesia terdiri dari berbagai tipe hutan antara lain hutan dataran rendah, hutan pegunungan, hutan bakau, hutan rawa, hutan rawa gambut, hutan kerangas dan hutan pantai. Masing-masing hutan tersebut mempunyai susunan jenis dan struktur yang berbeda. Demikian pula tanah-tanah tempat tumbuhnya serta ketinggian tempat dari permukaan laut. Oleh karena itu sistem silvikultur yang dipilih untuk diterapkan pada masing-masing tipe hutan tersebut tidak perlu dan tidak dapat diseragamkan, jadi harus disesuaikan menurut kondisi tipe hutannya.

Saat ini hampir semua tipe hutan mengalami kerusakan oleh berbagai macam faktor yang terus berlangsung yang mengancam keberadaan hasil hutan dan keanekaragaman hayati.  Di sisi lain adanya kebutuhan akan hasil dan jasa hutan dalam rangka mendukung kehidupan umat manusia Untuk memenuhi kondisi tersebut, perlu diterapkan teknik silvikultur yang mampu meningkatkan produktivitas hutan. Peningkatan produktivitas hutan dapat dilakukan dengan teknik yang menerapkan prinsip-prinsip penting dalam pengelolaan hutan.

Sesuai dengan asas kelestarian hasil yang mendasari pengelolaan hutan maka pemilihan sistem silvikultur memerlukan pertimbangan yang seksama mencakup keadaan/tipe hutan, sifat silvik, struktur, komposisi, tanah, topografi, pengetahuan profesional rimbawan dan keberadaan masyarakat sekitar hutan. Pemulihan fungsi hutan memerlukan penerapan sistem dan teknik silvikultur yang tepat dalam rangka mewujudkan kelestarian produksi hutan dan kesejahteraan masyarakat didalam dan sekitar hutan.

Seminar Nasional Silvikultur ke-5 ini diselenggarakan sebagai wadah komunikasi ilmiah tentang perkembangan penelitian dan aplikasi teknik-teknik silvikultur dalam rangka memulihkan fungsi hutan secara lebih baik dalam segala aspeknya. Seminar ini juga merupakan rangkaian agenda seminar tahunan yang diselenggarakan oleh Masyarakat Silvikultur Indonesia (MASSI) yang dibarengi dengan Kongres MASSI dalam rangka meningkatkan peran silvikulturis agar semakin nyata dalam mendukung kebijakan pengelolaan hutan secara nasional.

Seminar Nasional Silvikultur ke-5 dan Kongres Masyarakat Silvikultur Indonesia k-4 tahun 2017 serta acara lainnya diselenggarakan pada hari Rabu, 23 Agustus 2017 di Hotel Novotel Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Dr. Hamdani Fauzi, S.Hut, M.P, IPM mengatakan bahwa kegiatan seminar ini bertujuan mempublikasikan hasil penelitian, pemikiran dan pengalaman yang berkaitan dengan Silvikultur dalam rangka meningkatkan Kesejahteraan Rakyat dan Produksi Hutan Lestari. Seminar ini juga memfasilitasi gagasan, visi, temuan, verifikasi dan solusi dari berbagai hasil kajian teori dan penelitian empirik yang dilakukan oleh kalangan akademisi, peneliti, praktisi, dan pegiat silvikultur di Indonesia

Seminar mengambil tema “SILVIKULTUR UNTUK  PRODUKSI HUTAN LESTARI DAN RAKYAT SEJAHTERA”, dengan menghadirkan narasumber Ir. Bagus Herudoyo, M.P (Direktur Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI) dengan topik Kebijakan Rehabilitasi DAS bagi Pemegang Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH). Topik Kebijakan Revolusi Hijau di Kalimantan Selatan dalam Kerangka Kelestarian Hutan dan Kesejahteraan Masyarakat disampaikan oleh Dr. Hanif Faisol Nurofiq, S.Hut, M.P (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan).  Selanjutya pada sesi pemaparan makalah utama menghadirkan Prof. Dr. Ir. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc, IPU (Guru Besar Fakultas Kehutanan Unlam) yang mengangkat topik Silvikultur dalam Pengelolaan Lahan Basah.

Akademisi Fakultas Kehutanan UGM Dr. Budiadi, M.Agr.Sc  yang juga Dekan Fakultas Kehutanan UGM memaparkan Sistem Silvikultur Berbasis Agroforestri. Sementara itu Dr. Irdika Mansur, M.Sc (Akademisi Fakultas Kehutanan IPB) mengangkat topik Silvikultur dalam Restorasi Lahan Terdegradasi Pasca Penambangan. Pengalaman praktis Rehabilitasi DAS Pemegang IPPKH disampaikan Ade Hidayat (PT. Adaro Indonesia), Hari Sutikno, SE.M.S  (PT. Tunas Inti Abadi), dan Rizali Rakhman S.Hut MS (PT. Jorong Barutama Greston).  Pada kesempatan tersebut juga hadir Prof. Lamris, IPM dari Badan Kejuruan Kehutanan-Persatuan Insinyur Indonesia (BKTHut-PII) yang menyampaikan etika profesi Insinyur Profesional Kehutanan.

Lebih jauh, DR. Hamdani menyebutkan bahwa selain pemakalah utama, seminar juga mempresentasikan secara oral sebanyak 172 judul dan 13 poster hasil penelitian dan pemikiran di bidang silvikultur yang terdiri dari 7 komisi:

A. SILVIKULTUR DALAM PENGELOLAAN LAHAN BASAH

B. SILVIKULTUR DALAM RESTORASI LAHAN TERDEGRADASI DAN REHABILITASI DAS

C. TEKNOLOGI PENGADAAN BAHAN TANAMAN

D. PERLINDUNGAN HUTAN, DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

E. AGROFORESTRI, SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEHUTANAN

F. SILVIKULTUR UNTUK ENERGI BIOMASSA

G. INTERDIPLIN STUDIES

Peserta dan Pemakalah Komisi Seminar Nasional adalah parapihak sebanyak 250 orang yang berasal dari Akademisi PTN/PTS seluruh Indonesia (Dosen dan Mahasiswa), Penyuluh, Petani, Praktisi, LSM dan masyarakat umum pegiat Kehutanan, Peneliti dan Birokrat di lingkungan Kementerian, dan Lembaga Pemerintah serta Lembaga Swasta Nasional.

Pada kesempatan tersebut juga diberikan Apresiasi Rimbawan Kepada Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan yang telah mengeluarkan dan mengimplementasikan Kebijakan Revolusi Hijau di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Selatan.

Sementara itu, Kongres Masyarakat Silvikultur Indonesia (MaSSI) menyepakati bahwa Seminar Nasional Silvikultur VI akan dilaksanakan oleh Universitas Halo Uleo Kendari pada tahun 2018, dan Universitas Sumatera Utara menjadi penyelenggara pada Seminar di tahun 2019.

 Wisata Susur Sungai

Keesokan harinya, para peserta dan narasumber mengikuti perjalanan wisata susur sungai martapura Banjarmasin. Susur sungai dimulai dengan mengujungi Pasar Terapung di Siring Tendean. Setelah puas ber swaphoto dan belanja buah dan wadai dengan acil-acil pedagang pasar terapung, peserta field trip mengarungi sungai martapura hingga tiba di Wisata alam Pulau Kembang. Keseruan sangat terasa begitu hampir tiba di dermaga Pulau Kembang langsung disambut sang tuan rumah “kera ekor panjang” bahkan memasuki klotok. Mungkin beberapa orang bertanya-tanya, bagaimanakah kera yang begitu banyaknya ini bisa tinggal di pulau yang terbuat oleh alam yang tidak terhubung oleh daratan ini? Menurut sejarah di ceritakan ada salah satu dari keturunan raja di Kuin tidak di karuniai keturunan. Menurut ramalan ahli nujum pada saat itu jika ingin memiliki anak maka harus berkunjung ke Pulau Kembang dengan mengadakan upacara badudus (mandi-mandi). Ramalan dan nasihat ahli nujum ini dilaksanakan oleh kerajaan. Setelah beberapa waktu sepulang mengadakan upacara di Pulau Kembang ternyata istri dari keturunan raja yang dimaksud hamil. Begitu bahagianya keluarga raja mendengar hal gembira tersebut. Maka raja yang berkuasa memerintahkan petugas kerajaan untuk menjaga pulau tersebut agar tidak ada yang merusak dan mengganggunya. Petugas kerajaan yang mendapatkan perintah menjaga Pulau Kembang itu membawa dua ekor kera besar, jantan dan betina yang diberi nama si Anggur. Konon menurut cerita yang beredar setelah sekian lama petugas kerajaan ini menghilang secara ghaib tak diketahui kemana perginya. Sedangkan kera yang ditinggalkan berkembang biak dan menjadi penghuni Pulau Kembang.

Setelah puas menikmati keindahan Pulau Kembang, peserta kembali mengarungi sungai martapura menuju Soto Bang Amat untuk menikmati makan siang. Perjalanan terasa sangat menyenangkan, walaupun ada sedikit halangan ketika akan melewati sebuah jembatan karena pada saat yang bersamaan air dalam kondisi pasang sehingga atap klotok hampir mengenai bawah jembatan. Kelelahan peserta terbayar dengan bersantap kuliner Soto Banjar ditemani iringan Musik Panting khas Kalsel, beberapa panitia dan peserta bahkan ada yang ikut bernanyi dan berjoget. Wisata field trip diakhiri dengan wisata di Pusat Permata Martapura yang menyediakan berbagai pakaian, souvenir khas Banjar dan tentu saja beraneka ragam permata yang sudah sangat terkenal di nusantara bahkan dunia.

Kegiatan ini terlaksana tentunya berkat dukungan dari berbagai pihak diantaranya Rektor Universitas Lambung Mangkurat, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan, Ketua MASSI, Dekan Fakultas Kehutanan Unlam, PT Adaro Indonesia, PT Tunas Inti Abadi, PT Jorong Barutama Greston dan PT. Fitria Sarbini Mandiri serta Panitia Pelaksana yang telah berusaha keras menggelar kegiatan ini.

[WRGF id=3441]