Keberhasilan pengelolaan berkelanjutan lahan basah berbasis tegakan sagu (Metroxylon sagu) akan berdampak pada terjaga dan terpeliharanya ekosistem lahan basah dan mengurangi resiko bencana. Dampak positif lainnya adalah terciptanya kemandirian dan ketahanan pangan masyarakat. Metroxylon sagu Rottb merupakan jenis tumbuhan lahan basah yang dapat menghasilkan karbohidrat. Kalimantan Selatan menjadi salah satu wilayah penghasil sagu terbesar ke-4 di Indonesia setelah Kepulauan Riau, Papua dan Maluku. Kabupaten Banjar merupakan salah satu daerah yang ditumbuhi tegakan M.sagu selain kabupaten lainnya seperti Barito Kuala, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Utara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebaran spasial, karakteristik tempat tumbuh dan potensi tegakan M.sagu di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan plot persegi. Penentuan plot pengukuran tegakan M.sagu dilakukan secara purposive sampling. Peralatan penelitian berupa phiband, pengukur tinggi, GPS, TDS/EC meter, pH meter. Data vegetasi dikumpulkan dengan metode sampling bersarang (nested sampling). 12 plot utama berukuran 20m x 20m diletakkan secara purposive. Parameter tempat tumbuh adalah kualitas air tanah/saluran dan parameter iklim. Parameter vegetasi yang diukur adalah jumlah individu, identitas spesies, diameter dan tinggi. Data spasial dikumpulkan dari data sekunder. Distribusi spasial hutan M.sagu dianalisis dengan menggunakan software Arc Gis. Potensi hutan sagu dianalisis dengan menghitung diameter, tinggi dan volume pohon. Rekomendasi yang dibuat untuk pengembangan tegakan sagu sebagai sumber pangan berdasarkan karakterisasi perkembangan dan kendala dalam pengelolaan sagu.
Distribusi, luasan dan potensi tegakan sagu: Luas kawasan tegakan M.sagu di Kabupaten Banjar adalah 401,62 ha. Terdapat 2 kecamatan yang memiliki tegakan M.sagu terluas di Kabupaten Banjar, yaitu Kecamatan Sungai Tabuk dan Kecamatan Astambul. Luas tegakan M.sagu adalah 0,09% dari luas wilayah Kabupaten Banjar. Potensi tegakan M.sagu dengan diameter > 20 cm adalah 119 pohon/ha. Jumlah individu pohon M.sagu masak tebang di kabupaten Banjar mencapai 123 batang/ha, sehingga dapat ditemukan sebanyak 111.989 batang pohon masak tebang yang terdapat dalam seluruh tegakan sagu. Nilai rata-rata biomassa tiap batang pohon sagu masak tebang adalah 333,34 kg/batang. Rata-rata sagu basah yang didapatkan tiap batang pohon yang diolah adalah 200 kg dengan rendemen pengolahan sagu mencapai 59.99%. Produktivitas sagu yang dihasilkan per hektar di kabupaten Banjar mencapai 24.6 ton/ha. Total produksi sagu di kabupaten Banjar dapat mencapai 9.879,852 ton. Kabupaten Banjar termasuk wilayah yang memiliki potensi produksi pati M.sagu yang tinggi. Hasil temuan ini mengindikasikan bahwa Kabupaten Banjar menjadi wilayah penting yang berperan dalam ketersediaan dan keberagaman pangan di Kalimantan Selatan.
Karakteristik ekologi tempat tumbuh tegakan sagu: Penguasaan jenis M.sagu sangat dominan dan membentuk tegakan homogen. Rata-rata diameter pohon M.sagu= 39.8 cm rata-rata tinggi pohon=14.18 m. Sebaran diameter tingkat pohon didominasi ukuran diameter 35-40 cm. Terdapat 8 jenis tumbuhan bawah ditemukan di bawah tegakan M.sagu. Habitat M.sagu berada di sempadan sungai dan membentuk rivarian forest. Jenis tanah adalah alluvial dan tidak terindikasi adanya lapisan gambut. Kisaran nilai pH air tanah/saluran= 5-6.2; 5.8-6.7, EC air tanah/saluran= 140-315;167-234 TDS air tanah/saluran=64-149 ppm; 78-109 ppm. Tinggi muka air tanah= (+ 3) dan 10-30 cm. Curah hujan tahunan= 2.026 mm, total bulan basah= 7 bulan/tahun. Temperatur udara berkisar 21.7-35.1 oC dan kelembaban 44.4-96.8%. Karakteristik tempat tumbuh relatif memenuhi standar Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 134/Permentan/OT.140/12/2013 tentang Pedoman Budidaya Sagu (Metroxylon spp.) yang baik
Strategi pengelolaan tegakan sagu sebagai sumber pangan: Terdapat paling tidak strategi penting dalam upaya pengelolaan sagu sebagai penghasil pangan: i) Perlu kebijakan perlindungan dan pemanfaatan tegakan sagu di Kabupaten Banjar, ii) pengelolaan sagu harus menjadi isu penting dalam pengelolaan pertanian berbasis lahan basah, iii) pentingnya program pendampingan terhadap petani dan pengolah sagu, iv) Modernisasi dalam tatacara dan teknologi pengolahan sagu, v) Peningkatan kualitas dan diversifikasi produk pemanfaatan sagu.