“Saatnya Untuk Rakyat”, demikian tema yang diusung dalam Festival Perhutanan Sosial Nusantara (PeSoNa) yang digelar selama 3 (tiga) hari pada 6-8 September 2016 di Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta. Kegiatan ini mengingatkan kita akan tema Kongres Kehutanan Dunia VIII pada tahun 1978 di Jakarta dengan mengambil tema “Forest for People”. Seperti telah diketahui Perhutanan Sosial merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berhubungan langsung kepada masyarakat, baik masyarakat didalam atau sekitar kawasan hutan. Melalui kegiatan utamanya yaitu Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa (HD), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Kemitraan dan Hutan Adat (HA), masyarakat diberikan akses untuk mengelola kawasan hutan secara lestari yang pada akhirnya dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan. Tak hanya masyarakat disekitar kawasan hutan saja yang mendapat perhatian, kegiatan Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan juga melibatkan masyarakat disegala sektor, termasuk masyarakat luar kawasan hutan, pemukiman dan perkotaan yaitu melalui Gerakan Aksi oleh Komunitas Penyelamat Sumber Daya Alam, Komunitas Kawasan Industri dan Pemukiman, bersih-bersih sungai dan pantai, cabut paku di pohon, Saka Wanabakti dan saka kalpataru, serta Kelompok Pecinta Alam Kader Konservasi.
Dalam sambutannya, Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Dr. Hadi Daryanto menyatakan bahwa dia sangat terkejut dengan antusiasme para pihak dalam berpartisipasi pada kegiatan ini. “Dirjen PSKL baru terbentuk 2 tahun di era kepemimpinan Presiden Jokowi, sehingga ketika ada inisiatif untuk melaksanakan Festival Pesona, saya berharap-harap cemas” ujarnya. Namun ternyata diluar dugaan peserta yang hadir melebihi target, bahkan pejabat daerah banyak yang hadir termasuk Gubernur Sumatera Barat, Bupati Bulukumba dan Bupati Tanah Laut. Hadi menambahkan minat untuk mengisi stand pameran pun sangat tinggi. Pameran sendiri menampilkan berbagai macam produk hasil hutan bukan kayu yang dihasilkan oleh masyarakat termasuk bahan kerajinan. Stand pameran dibuat dengan nuansa dan ornament Khas Adat Kalimantan, Papua dan Sulawesi.
Dr. Siti Nurbaya (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan) menyambut gembira dengan kegiatan ini. “Ini merupakan bukti bahwa perhutanan sosial telah lama dilaksanakan oleh masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan, meskipun sempat diterpa gelombang akibat krisis ekonomi yang melanda negeri ini. Namun ternyata usaha perhutanan sosial tetap mampu bertahan “ imbuh Siti Nurbaya. Menteri LHK telah meninjau langsung usaha perhutanan sosial di berbagai pelosok tanah air, seperti ke Desa Tebing Siring dan Telaga Langsat, Kalimantan Selatan yang merupakan dampingan Fakultas Kehutanan ULM. Siti Nurbaya menambahkan “Masyarakat di desa tersebut mengembangkan berbagai komoditi campuran tanaman mahoni, padi, jagung, usaha lebah madu, peternakan sapi dan biogas. Hasilnya kesejahteraan masyarakat meningkat dan lingkungan menjadi segar ”.
Selain pameran, kegiatan Festival PeSoNa juga diselenggarakan lomba mewarnai, dongeng, outbond petualangan layaknya di hutan alam, dan sarasehan perhutanan sosial. Sarasehan menghadirkan berbagai pegiat perhutanan sosial dari seluruh nusantara, swasta, LSM/NGO nasional dan Internasional, Balai PSKL, dan akademisi. Dr. Mahrus Ayadi dari Fakultas Kehutanan ULM didaulat menjadi salah satu pembicara dalam sarasehan tersebut.
Mahrus yang juga menjadi kordinator pendamping Perhutanan Sosial ini menegaskan bahwa rekonstruksi sosial perlu dilakukan dalam kegiatan pembangunan hutan bersama masyarakat. Berbagai manfaat dirasakan dari aktivitas ini, tidak hanya bagi masyarakat hutan, namun juga masyarakat dunia karena sumbangan oksigen yang diberikan. Bahkan dari hasil penelitian Fakultas Kehutanan ULM, berbagai macam satwa telah mulai menjadikan lahan HKm sebagai habitat mereka.